Kompas - Jumat, Maret 27
KOMPAS.com - Dijelaskan oleh Dr. Eddy Supriyadi, Sp.A, dari RS Sardjito Yogyakarta, ada dua komponen dasar dalam perkembangan otak anak, yaitu lingkungan yang aman dan pengalaman positif. Saat seorang bayi merasa tertekan, otak akan merespon dengan menghasilkan zat kortisol.
Kadar kortisol yang tinggi akan memperlambat perkembangan otak. Lingkungan aman dan nyaman diperlukan bayi untuk membantu perkembangan otaknya. Beri respon saat bayi menangis maupun mengoceh. Pengalaman yang diterima setiap hari juga akan membantu perkembangan otak anak. Aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengajak anak ke pasar atau ke toko buku, ujar dokter anak lulusan UGM ini, sangat penting untuk pembentukan jaringan perkembangan sel otak. Dr. Eddy memberikan 10 tip bagi orangtua untuk membangun dasar perkembangan otak anak: 1. Beri perawatan dan kasih sayang yang adekuat selama masa kehamilan. 2. Beri nutrisi yang cukup. Enam bulan pertama kehidupan bayi, berikan kecukupan nutrisi dengan ASI. 3. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak. 4. Berbicaralah kepada bayi. Buat kontak mata saat berbicara dengan anak. Jangan lupa selalu tersenyum kepada anak. 5. Bila harus menitipkan anak, carilah tempat penitipan yang bermutu tinggi. 6. Kenalkan aneka ragam musik pada anak, dan bernyanyilah bersama. 7. Beri interaksi yang nyata dengan anak demi perkembangan otaknya. Jangan biarkan anak menonton televisi terlalu lama. Batasi waktunya. 8. Beri ruang bagi anak untuk dapat berinteraksi dengan teman sebaya. 9. Redakan stres pada orangtua. Orangtua yang mengalami stres cenderung mengalihkan stres kepada anaknya. Bila Anda merasa stres, cobalah bercerita kepada orang yang dekat dengan Anda. 10. Ingat, otak tidak akan pernah berhenti berkembang. Jadi, beri stimulasi sebanyak-banyaknya secara terus-menerus.
Artikel ini diambil dari
Antara - Kamis, Maret 26
Beijing, (ANTARA/Xinhuanet-OANA) - Satu studi baru di AS menunjukkan, perempuan yang mengkonsumsi banyak kedele saat kanak-kanak memiliki resiko jauh lebih rendah terserang kanker payudara saat berusia lanjut, demikian laporan media Rabu.
Studi terdahulu menunjukkan hubungan antara konsumsi kedele dan resiko kanker payudara.
Temuan itu juga memperlihatkan konsumsi lebih banyak kedele memiliki dampak pencegahan kapan saja dalam kehidupan dan menunjukkan lebih lanjut bahwa dampak perlindungan paling kuat mungkin terlihat dengan konsumsi kedele pada masa kanak-kanak.
Penelitian tersebut melibatkan hampir 1.600 perempuan Asia-Amerika, 600 di antara mereka menderita kanker payudara dan sisanya sehat.
Perempuan yang rutin mengkonsumsi kedele pada masa kanak-kanak --rata-rata sekali satu pekan atau lebih-- memiliki resiko 58 persen lebih kecil untuk terserang kanker payudara dibandingkan dengan perempuan yang sedikit mengkonsumsi kedele.
Sementara itu, konsumsi kedele secara rutin pada masa dewasa berkaitan dengan penurunan 25 persen resiko kanker payudara.
Namun, para peneliti memperingatkan bahwa meskipun temuan tersebut positif, itu tak cukup untuk menyatakan peningkatan kedele bagi makanan anak. Mereka menyerukan penelitian lebih lanjut.
"Ini adalah studi pertama untuk menilai konsumsi kedele pada masa kanak-kanak dan resiko kanker payudara dan hasil yang satu ini tak cukup bagi pemberian saran kesehatan masyarakat," kata peneliti senior Dr Regina G Ziegler, dari Institut Kanker Nasional AS. "Temuan ini perlu ditiru melalui penelitian lebih lanjut."
Artikel ini diambil dari.